Bagi Anda yang belum pernah mengeksplore keindahan alam Langkat, Sumatera Utara, sesekali pergilah berwisata ke Tanah Melayu itu. Di sana ada objek wisata menarik, namanya Pelaruga.
Air Terjun Pelaruga.
Obyek wisata Pelaruga terletak di jalan raya Sungai Wampu, Rumah Galuh, Sei Bingai. Di sana ada Air Terjun Pelaruga, yang lebih dikenal dengan nama Air Terjun Teruh-teruh. Kemudian ada Kolam Abadi, sarana pemandian sejuk, yang airnya bersumber dari sungai dan jatuhnya pancuran Air Terjun Teruh-teruh.
Airnya yang sangat jernih menawarkan pesona alamiah dan mengundang hasrat untuk mencebur menikmati kesejukan dan kesegaran yang tersaji penuh keindahan.
Di sana kita bisa berenang dan berendam sepuas hati, bisa melompat dari tebing k3 genangan kolam, dan bisa juga body rafting, yaitu menghanyutkan diri di atas air mengikuti aliran sungainya.
Kolam abadi bisa menjadi pilihan pertama untuk menikmati keindahan Pelaruga. Kedalaman kurang lebih 3 meter, tapi saking jernihnya, bagian dasar kolam terlihat jelas, yang terdiri dari bebatuan dan pasir.
TONTON VIDEONYA:
Setelah puas bermain air dan berenang di Kolam Abadi, kita bisa melanjutkan trekking. Setelah trekking dan menyusuri tepian sungai, kita akan bertemu dengan Air Terjun Teroh-Teroh. Air terjun ini memiliki tebing yang tidak terlalu tinggi dan arusnya juga tidak terlalu deras. Di sini juga berenang-renang menikmati pancuran air terjun.
Terkait fasilitas, objek wisata Pelaruga lumayan baik. Ada lahan parkir yang cukup luas, sehingga pengunjung yang membawa kendaraan pribadi baik mobil atau motor, anda tidak perlu khawatir.
Warung atau tempat makan juga tersedia, sehingga tak perlu khawatir seandainya Anda tidak membawa bekal. Sejumlah warung milik warga lokal telah menyediakan berbagai kebutuhan makanan dan minuman dengan harga yang tak terlalu mahal.
Selain itu, terdapat juga gazebo-gazebo tempat bersantai menikmati pemandangan air terjun yang jernih, pepohonan dan alam di sekitar yang asri. Beberapa penginapan juga ada jika ingin bermalam dan Anda tinggal menyesuaikannya dengan kemampuan kantong. (int)
Kabupaten Samosir sebagai kabupaten termuda di Sumut, bisa dikatakan tak terlalu banyak memiliki sumberdaya ekonomi sebagaimana daerah lain. Satu-satunya potensi paling menjanjikan di Tano Batak itu adalah keindahan alamnya yang rasanya tak akan habis dieksplore. Maka Pemerintah Kabupaten Samosir terus bergiat membenahi sarana dan prasarana pariwisatanya, agar bisa dijual mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Air Terjun Efrata, Samosir.
Salah satu objek pariwisata menakjubkan di Samosir adalah Air Terjun Efrata. Air Terjun ini sungguh indah dan menakjubkan, tidak kalah dengan air Terjun lain yang ada di Sumatera Utara. Air Terjun Efrata berada di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, berjarak sekitar 20 km dari Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir.
Tapi jika Anda datang dari Kota Medan, Anda tidak perlu ke Kota Pangururan. Perjalanan dari Medan ditempuh via Berastagi, Kabanjahe, lalu ke Sidikalang atau Dairi. Dari Dairi Anda akan turun menuju Samosir, menyusuri jalan penuh berliku yang diapit pebukitan di satu sisi, dan di sisi lain berhadapan dengan dengan lembah-lembah Samosir yang menakjubkan.
Dari Menara Pandang Tele, lokasi air tejun ini tidak lagi terlalu jauh. Bahkan dari titik-titik tertentu, sudah kelihatan di sepanjang jalan Tele-Samosir.
Tapi bagi Anda yang datang dari Pematangsiantar, bisa melalui dua dermaga, yaitu Ajibata dan Tigaras. Dari Ajibata berlayar ke Tomok, lalu naik ke Pangururan, dan dari Pangururan perjalanan dilanjutkan ke Air Terjun Eftara melalui jembatan Tano Ponggol. Hal yang sama berlaku jika kita dari Tigaras, menyeberang dengan kapal menuju Simanindo, lalu selanjutnya ke Pangururam dan lanjut ke Harian.
Secara umum, seluruh akses jalan menuju lokasi Air Terjun Efrata sudah cukup bagus untuk dilalui kendaraan. Jalanan yang berkelok, serta panorama perkebunan dan pegunungan menghiasi sepanjang perjalanan.
TONTON VIDEONYA:
Air Terjun Efrata memiliki tumpahan yang kuat, dan bisa lebih kuat saat musim hujan. Tingginya sekitar 25-26 meter dan memiliki lebar 10 m. Sumber airnya berasal dari pegunungan Bukit Barisan. Begitu sampai di lokasi, Anda bisa merasakan suasana sejuknya.
Belum lagi latar belakang pemandangan yang menakjubkan. Ada beberapa fasilitas seperti toilet dan pondok kecil. Karena belum dikelola secara maksimal, Anda mungkin akan kecewa dengan fasilitas yang ada di sini. Mudah-mudahan, pemerintah daerah lebih memperhatikan tempat wisata ini.
Air terjun ini dikenal juga dengan Sampuran Efrata. Air Terjun Efrata berada di kawasan yang hijau, diapit dengan perbukitan, membuat setiap pengunjung yang datang ke akan terpesona dengan keindahan alamnya. *** (int/berbagaisumber)
Goarmi nang dohot goarhi Tung uli do i disulam ho Ido tanda parjanjian uju i Na marpadan au dohot ho
(Namamu dan namaku Kau sulam dengan indah Tanda kita berjanji saat itu Aku dan kau bersumpah)
Sai gattung-gattung dope nuaeng Di dorpi bilut podamanhi Lao modom manang dunghon dungo au Sai huida do sulaman i
(Sampai saat ini masih tergantung Di dinding kamar tidurku Saat mau tidur dan ketika terbangun Sulaman itu selalu kutatap)
Reff:
Goarta na sinulammi ito Gabe parningotan nama i di au Ai nungnga muli ho ito tu sidoli lomomi Goarta na sinulammi ito Siboan lungun nama i di au Molo sai sai hubereng i Halilum mangarsak au hasian
(Nama kita yang kau sulam Hanya tinggal ingatan bagiku Kau sudah menikah dengan pria pilihanmu Nama kita yang kau sulam Hanya tinggal kesedihan bagiku Setiap kutatap sulaman itu Bayangmu datang membawa kesedihan)
Di Dusun III Hutaginjang, Desa Sigarantung, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, terdapat sebuah objek wisata bernama Air Terjun Sigarantung. Tapi oleh masyarakat lokal, air terjun ini dinamai Sampuran Na Pitu.
Air Terjun Sigarantung.
Jika kita ingin mengunjungi air terjun ini, titik berangkat bisa dimulai dari beberapa tempat. Jika kita masuk ke Samosir melalui Tomok, kita cukup berkendara menyusuri Jalan Lingkar Pulau Samosir ke arah Onanrunggu atau Nainggolan. Waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Lokasi air terjun ini berada persis di tepi jalan, sehingga siapapun yang melintas di jalan lingkar pulau Samosir, ketika melewai Desa Sigarantung, otomatis akan melewati air terjun ini.
Sebaliknya, jika kita masuk ke Pulau Samosir dari Kabupaten Toba (Balige) atau dari Taput (Muara), lalu berlabuh di Pelabuhan Sipinggan, Nainggolan, maka kita akan berkendara ke arah Tomok menuju air terjun ini. Sementara, jika kita masuk dari arah Dairi melalui Tano Ponggol, atau dari Tigaras (Simalungun) melalui Simanindo, maka sebaiknya kita pilih arah menuju Tomok karena relatif lebih dekat.
Air Terjun Sigarantung tergolong unik, sebab pancuran airnya tidak begitu deras seperti air terjun pada umumnya. Tapi, dalam kondisi musim hujan, ada kalanya pancuran air terjun ini sangat deras dan bisa mengganggu pejalan yang melintas.
Di bagian bawah air terjun, tampak dua pondok dengan arsitektur rumah Batak, dan ada sebuah sumur. Selain sebagai sumber air minum, sumur ini juga diyakini sakral dan keramat oleh masyarakat setempat dan terkait dengan sebuah mitos Si Boru Langgatan. Bagaimana kisahnya?
Tonton Videonya:
Dahulu kala, tersebutlah seorang tokoh bernama Tuan Ringo (Situmorang Siringo). Tuan Ringo ini memiliki empat anak, yaitu Raja Dapoton Situmorang Siringo, Raja Rea Situmorang Siringo, Tuan Onggar Situmorang Siringo dan Siagian Situmorang Siringo. Anak pertama bernama Raja Dapoton Situmorang Siringo ini kemudian menikah dengan Boru Sitompul dari Pahae, Tapanuli Utara dan memiliki keturunan. Si Boru Langgatan adalah putri dari Raja Dapoton.
Menurut cerita, Si Boru Langgatan sudah memiliki kesaktian sejak dalam kandungan. Dia lahir dengan balutan air dan proses persalinan yang cukup sulit, sehingga membutuhkan bantuan Sibaso (dukun anak) sehingga persalinan berhasil. Setelah lahir, konon Si Boru Langgatan sudah bisa bicara dengan Sibaso dan menceritakan bahwa dirinya adalah putri sakti yang kelak tidak boleh menikah atau dinikahkan. Ibunya, Boru Sitompul, tidak lagi terkejut karena sudah terlebih dahulu bermimpi.
Tapi ketika Si Boru Langgatan beranjak dewasa, orangtuanya tidak ingin ia hidup sendiri. Maka ia dijodohkan dengan anak namboru-nya (pariban) marga Sidabutar dari Tomok. Hari baik pun ditentukan untuk mengantar Si Boru Langgatan ke Tomok. Tapi batin Si Boru Langgatan memberontak. Dia tidak ingin menikah karena kesaktiannya.
Lalu tibalah hari yang ditentukan. Marga Sidabutar dari Tomok akan menggelar acara menyambut kedatangan Si Boru Langgatan. Si Boru Langgatan dibawa orangtuanya menuruni tebing-tebing disertai para pengawal dan pembantu (rajani boru) menuju Tomok. Adat ini disebut taruhon jual.
Di tengah perjalanan, saat melewati Sampuran Na Pitu, Si Boru Langgatan meminta kepada ayah dan rombongan untuk istirahat sejenak. Saat mereka beristirahat, tiba-tiba cuaca berubah buruk. Awan tebal tampak menuruni lereng dan mengelilingi rombongan, sehingga jarak pandang pun hilang. Tak lama kemudian, angin kencang menyerupai badai datang disertai hujan deras. Mereka panik dan saling mengingatkan agar jangan tercerai berai menunggu badai berakhir.
Tapi tak disangka, pada saat itulah Si Boru Langgatan menghilang. Mereka memanggil-manggil Si Boru Langgatan, tapi tak ada sahutan. Bahkan, ketika angin, hujan dan badai reda, Si Boru Langgatan tak kelihatan meski sudah dicari dan dipanggil-panggil. Akhirnya mereka pasrah dan rombongan berpisah di jalan itu.
Sesungguhnya, Si Boru Langgatan sudah menyatakan keberatannya dinikahkan, tapi ia tak kuasa juga menolak ayahnya. Dan Si Boru Langgatan juga sudah mengingatkan, jika ia hilang di tengah perjalanan, maka dia tidak perlu dicari. Dan ternyata perkataanya terjadi. Ia hilang bersama badai. Perasaan Raja Dapoton terguncang tak lagi melihat anaknya.
Menurut cerita, Si Boru Langgatan sesekali muncul melalui mimpi kepada keturunan Raja Dapotan Ia menyampaikan bahwa tuhor (mahar) adat pernikahannya dari mempelai pria yang seharusnya diperoleh ayahnya, dia ganti dengan Air Terjun Sampuran Na Pitu. Inilah yang dipercayai masyarakat lokal sebagai bukti hingga hari ini.
Si Boru Langgatan menjanjikan keturunan Situmorang Siringo di Sigarantung akan hidup dari Sampuran Na Pitu. Sesuai amanah Si Boru Langgatan, Sampuran Na Pitu juga menjadi mual tawar. Airnya berkhasiat menyembuhkan berbagai sakit dan penyegar jiwa.
Itulah sebabnya hingga kini air terjun itu dikeramatkan dan dirawat dengan baik oleh warga Sigarantung. Saat keturunan Raja Dapoton berjiarah melihat keindahan air terjun, sama seperti melihat paras cantik namboru mereka Si Boru Langgatan.
Menghilangnya Si Boru Langgatan, putri dari Raja Dapoton Situmorang Siringo masih menjadi misteri hingga hari ini. Dia tak pernah kembali, Raja Dapoton diteruskan keturunannya hanya bisa melepas kerinduan melalui batu Pamelean dan Air Terjun Sampuran Na Pitu. (int/berbagai sumber)