12 Februari 2021

Air Terjun Sigarantung dan Kisah Siboru Langgatan

Di Dusun III Hutaginjang, Desa Sigarantung, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, terdapat sebuah objek wisata bernama Air Terjun Sigarantung. Tapi oleh masyarakat lokal, air terjun ini dinamai Sampuran Na Pitu.

Air Terjun Sigarantung.

Jika kita ingin mengunjungi air terjun ini, titik berangkat bisa dimulai dari beberapa tempat. Jika kita masuk ke Samosir melalui Tomok, kita cukup berkendara menyusuri Jalan Lingkar Pulau Samosir ke arah Onanrunggu atau Nainggolan. Waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Lokasi air terjun ini berada persis di tepi jalan, sehingga siapapun yang melintas di jalan lingkar pulau Samosir, ketika melewai Desa Sigarantung, otomatis akan melewati air terjun ini.

Sebaliknya, jika kita masuk ke Pulau Samosir dari Kabupaten Toba (Balige) atau dari Taput (Muara), lalu berlabuh di Pelabuhan Sipinggan, Nainggolan, maka kita akan berkendara ke arah Tomok menuju air terjun ini. Sementara, jika kita masuk dari arah Dairi melalui Tano Ponggol, atau dari Tigaras (Simalungun) melalui Simanindo, maka sebaiknya kita pilih arah menuju Tomok karena relatif lebih dekat.

Air Terjun Sigarantung tergolong unik, sebab pancuran airnya tidak begitu deras seperti air terjun pada umumnya. Tapi, dalam kondisi musim hujan, ada kalanya pancuran air terjun ini sangat deras dan bisa mengganggu pejalan yang melintas. 

Di bagian bawah air terjun, tampak dua pondok dengan arsitektur rumah Batak, dan ada sebuah sumur. Selain sebagai sumber air minum, sumur ini juga diyakini sakral dan keramat oleh masyarakat setempat dan terkait dengan sebuah mitos Si Boru Langgatan. Bagaimana kisahnya?

Tonton Videonya:


Dahulu kala, tersebutlah seorang tokoh bernama Tuan Ringo (Situmorang Siringo). Tuan Ringo ini memiliki empat anak, yaitu Raja Dapoton Situmorang Siringo, Raja Rea Situmorang Siringo, Tuan Onggar Situmorang Siringo dan Siagian Situmorang Siringo. Anak pertama bernama Raja Dapoton Situmorang Siringo ini kemudian menikah dengan Boru Sitompul dari Pahae, Tapanuli Utara dan memiliki keturunan. Si Boru Langgatan adalah putri dari Raja Dapoton.

Menurut cerita, Si Boru Langgatan sudah memiliki kesaktian sejak dalam kandungan. Dia lahir dengan balutan air dan proses persalinan yang cukup sulit, sehingga membutuhkan bantuan Sibaso (dukun anak) sehingga persalinan berhasil. Setelah lahir, konon Si Boru Langgatan sudah bisa bicara dengan Sibaso dan menceritakan bahwa dirinya adalah putri sakti yang kelak tidak boleh menikah atau dinikahkan. Ibunya, Boru Sitompul, tidak lagi terkejut karena sudah terlebih dahulu bermimpi.

Tapi ketika Si Boru Langgatan beranjak dewasa, orangtuanya tidak ingin ia hidup sendiri. Maka ia dijodohkan dengan anak namboru-nya (pariban) marga Sidabutar dari Tomok. Hari baik pun ditentukan untuk mengantar Si Boru Langgatan ke Tomok. Tapi batin Si Boru Langgatan memberontak. Dia tidak ingin menikah karena kesaktiannya.

Lalu tibalah hari yang ditentukan. Marga Sidabutar dari Tomok akan menggelar acara menyambut kedatangan Si Boru Langgatan. Si Boru Langgatan dibawa orangtuanya menuruni tebing-tebing disertai para pengawal dan pembantu (rajani boru) menuju Tomok. Adat ini disebut taruhon jual.

Di tengah perjalanan, saat melewati Sampuran Na Pitu, Si Boru Langgatan meminta kepada ayah dan rombongan untuk istirahat sejenak. Saat mereka beristirahat, tiba-tiba cuaca berubah buruk. Awan tebal tampak menuruni lereng dan mengelilingi rombongan, sehingga jarak pandang pun hilang. Tak lama kemudian, angin kencang menyerupai badai datang disertai hujan deras. Mereka panik dan saling mengingatkan agar jangan tercerai berai menunggu badai berakhir.

Tapi tak disangka, pada saat itulah Si Boru Langgatan menghilang. Mereka memanggil-manggil Si Boru Langgatan, tapi tak ada sahutan. Bahkan, ketika angin, hujan dan badai reda, Si Boru Langgatan tak kelihatan meski sudah dicari dan dipanggil-panggil. Akhirnya mereka pasrah dan rombongan berpisah di jalan itu.

Sesungguhnya, Si Boru Langgatan sudah menyatakan keberatannya dinikahkan, tapi ia tak kuasa juga menolak ayahnya. Dan Si Boru Langgatan juga sudah mengingatkan, jika ia hilang di tengah perjalanan, maka dia tidak perlu dicari. Dan ternyata perkataanya terjadi. Ia hilang bersama badai. Perasaan Raja Dapoton terguncang tak lagi melihat anaknya. 

Menurut cerita, Si Boru Langgatan sesekali muncul melalui mimpi kepada keturunan Raja Dapotan Ia menyampaikan bahwa tuhor (mahar) adat pernikahannya dari mempelai pria yang seharusnya diperoleh ayahnya, dia ganti dengan Air Terjun Sampuran Na Pitu. Inilah yang dipercayai masyarakat lokal sebagai bukti hingga hari ini. 

Si Boru Langgatan menjanjikan keturunan Situmorang Siringo di Sigarantung akan hidup dari Sampuran Na Pitu. Sesuai amanah Si Boru Langgatan, Sampuran Na Pitu juga menjadi mual tawar. Airnya berkhasiat menyembuhkan berbagai sakit dan penyegar jiwa. 

Itulah sebabnya hingga kini air terjun itu dikeramatkan dan dirawat dengan baik oleh warga Sigarantung. Saat  keturunan  Raja Dapoton berjiarah melihat keindahan air terjun, sama seperti melihat paras cantik namboru mereka Si Boru Langgatan. 

Menghilangnya Si Boru Langgatan, putri dari Raja Dapoton Situmorang Siringo masih menjadi misteri hingga hari ini. Dia tak pernah kembali, Raja Dapoton diteruskan keturunannya hanya bisa melepas kerinduan melalui batu Pamelean dan Air Terjun Sampuran Na Pitu. (int/berbagai sumber)

Bagikan:

0 komentar:

Posting Komentar