12 November 2016

Luka Harus Dijahit Sebelum Cinta Lepas Jadi Dongeng


Puisi-puisi Panda MT Siallagan
Ilustrasi.

Kemarau

Sejak Kau buka tingkap,
detak jantungnya meluncur
bagai embun luruh dari dedaun
pulang mengetuk pori tanah
menunggu matahari

Sejak Kau buka tingkap,
debar jantung resap ke akar
menanam aroma mawar
sedalam hening, menunggu

Maka sebelum matahari tumbuh
jadi duri, bakar daun-daun itu
agar doa-doa membubung,
menjemput hujan. Sebab luka
harus dijahit sebelum cinta
lepas jadi dongeng

Sejak Kau buka tingkap,
detak jantung meluncur
meninggalkan pagi
di hamparan daun-daun.

Lalu kau buka tingkap,
memanggil matahari.
Aku pulang, menunggu hujan

2016

Gembala

Akar meringis tentang gerimis yang terkulai di kelopak bunga: mengapa segalanya kau patahkan di rahang kerbau? Sahut gembala itu: sebab kupu-kupu tak tahu jalan menolak madu.

Dan ia bertanya mengapa seruling bambu meniup kidung dari akar yang tercerabut? Alunan jantung bocah itu menggema, alunan yang dilempar ke mulut gunung: sebab pepohonan melepas jua waktu, pada daun-daun.

Sejak itu ia tidur, katanya: nyanyianku telah merabuk demi jiwa yang retak menerka jejak. Seperti kita, ranting dan daun-daun ziarah jua, menjunjung tunas. Maka, akar menjadi mafhum luka hatinya. Kerbau mahfum sepinya.

Pematangsiantar, 2016 

Nubuat

Air menulis syair kepada sungai: kau tak bisa memaksa orang mencinta dan menciptamu sebulat bulan dan setinggi malam. Sebab bagi burung yang birahi, kesetiaan adalah sangkar pengap yang bersiap diacak badai.

Maka bulan hanyut, telanjang bagai kumbang, dan burung-burung memetik kematian dari jemarimu. Aroma lumut pergi selama-lamanya. Tabahlah, kelopak bunga sudah gugur dan warna membeku jadi bangkai.

Sejak itu, angin melemparkan sejarah busuk ke mulutmu. Itulah giliranmu menelan, melarung kutuk ke dalam perut. Selanjutnya adalah surga, aroma liar candu, yang memeluk takdir sedingin batu.

Sungai menulis sajak kepada air: diamlah, ijinkan kumakan segala ikan, merayakan orang-orang yang lupa.

2010-2015
Bagikan:

Baca Juga:

  • Puisi-puisi Panda MT Siallagan
    Penyair dan HujanKarena aku penyair,bahasa adalah tanahSeperti hujan,kuhempaskan tubuhku tanpa ragudi wajah bahasa.Karena aku tahu, tanah sangat …
  • Doa-doa Kepada Mulajadi Na Bolon
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Jampi Sekali ingin kembali pada takdir semula jadi Bangun amat pagi, merapal jampi pada Mulajadi. Di lembah semedi…
  • Aku Masuk ke Hatimu yang Bersalju
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Ilustrasi. Tanah Kami Tak Mungkin Kembali Kami ikhlaskan juga tanah itu dibelah-belah, sebab kami lelah memeta…
  • Syair-syair Panda MT Siallagan
    Ilustrasi. Melayat Puisi Sebuah kabar dibisikkan, menyusup lembut ke telinga, menusuk perih ke liang jantung: tentang ari-ari di tepi dangau, su…
  • Malam Menggali Kuburan di Dadaku
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan   Ilustrasi. Jangan TanyaJangan tanya mengapa pohon-pohon selalu menghijau di hatiku, padahal akar yang merammb…
  • Menyetubuhi Sunyi, Pada Suatu Hujan
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Ilustrasi. Menyetubuhi SunyiSunyi yang mengepung usia, ia susuri. Ia datang padamu mengendarai lelah sambil terus m…
  • Di Depan Pintu Kematian
    Sajak-sajak Panda MT Siallagan NerakaKatamu:"Aku telah melemparkan kulitku jadi tanah. Kutanam mataku setelah kutugal dengan tulang-belulang. Tub…
  • Saat Mengenangmu dengan Mantera-mantera
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Ilustrasi. Menjenguk Godot Tiga ikan lele, dinamai seperti ini: tanah, udara dan langit Tanah untuk darah, udara…

0 komentar:

Posting Komentar