05 Oktober 2016

Syair-syair Panda MT Siallagan

 
Doa yang Patah

Aku melukis sajadah di matamu, tapi tak selesai. Warna-warna doaku gagal gagal membaca arus yang menderas dari situ. Sembahyangku pecah, terantuk pada batu ragu. Di sungai kasihmu.

Pekanbaru, 2004 
Ilustrasi.

Elegi Sebuah Kamar

Matamu menumpahkan sunyi di lantai. Alirannya memantulkan kenangan ke setiap dinding. Detak jam membacanya dengan lantang, hingga aku terpelanting digempur rindu.

2004
Tersesat di Puisi

Setelah lelah berkelana daei sunyi ke sunyi, kau menyusuri tangis menuju puisi. Tapi jalan yang kau tapaki di atas sungai, selalu menyeret doa-doamu ke lautan lengang.

Dan kau tersesat dalam kerumuman ombak yang bertempiaran dari kata-kata. Kau tak tahu lagi arah pulang.

2004

Sungai Birahi

Karena sungai membingkai wajahmu pada batu-batu, ikan-ikan birahi, mencium aroma senyummu. Dan air memercikkan nafasmu ke mulut lumut, menyulut cumbu maut.

Dan tebing-tebing menggelinjang, pohon-pohon bergetar, daun-daun gugur, hanyut menuju laut. Laut yang menggelombang dalam firman-firmanMu.

2004

Menyetubuhi Sunyi

Sunyi yang mengepung usia, ia susuri. Datang ke hatimu mengendarai lelah sambil terus memeta sejauh apa nafasnya berlayar, seluas apa peluhnya menggenang jadi laut, sesunyi apa mimpinya mengapung.

Dan uban-uban di rambutnya selalu mengibaskan angin, menuntun perahu meski gelombang tak pernah reda di antara tangisan dan dentuman doa-doanya.

Hingga saatnya pun tiba, ia berhenti di dermaga yang mericuh di hatinya. Ia tatap tawamu berkecipak di atas airmatanya, mengepak serupa sayap burung, bercericit serupa pipit di bukit-bukit.

Ia seperti terlempar lagi ke sejarahnya, mendengar siul daun sambil menulis puisi di wajah sungai. Lalu desah batu-batu mengingau tentang percintaan ikan. Dan riak-riak kecil melompat-lompat di matanya, bermain-main dengan angin.

Karena ia ketuk dadamu, kau lihat masa kecilmu berlari-lari di bawah hujan. Tubuhmu telanjang, basah menggoda langit. Sedang menarikah ia dalam jiwamu?

Maka kalian bersiap, menuntaskan perjalanan resah sambil terbuai menyetubuhi sunyi.

2004

* Syair-syair ini pertama kali terbit di Riau Pos, 24 April 2005
Bagikan:

Baca Juga:

  • Aku Masuk ke Hatimu yang Bersalju
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Ilustrasi. Tanah Kami Tak Mungkin Kembali Kami ikhlaskan juga tanah itu dibelah-belah, sebab kami lelah memeta…
  • Menyetubuhi Sunyi, Pada Suatu Hujan
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Ilustrasi. Menyetubuhi SunyiSunyi yang mengepung usia, ia susuri. Ia datang padamu mengendarai lelah sambil terus m…
  • Puisi-puisi Panda MT Siallagan
    Penyair dan HujanKarena aku penyair,bahasa adalah tanahSeperti hujan,kuhempaskan tubuhku tanpa ragudi wajah bahasa.Karena aku tahu, tanah sangat …
  • Rindu yang Tumbuh dalam Gerimis
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Rindu yang Tumbuh dalam Gerimis Akhirnya gerimis merimba juga di hatiku yang berkabut. Derai rambutmu menjadi samar …
  • Malam Menggali Kuburan di Dadaku
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan   Ilustrasi. Jangan TanyaJangan tanya mengapa pohon-pohon selalu menghijau di hatiku, padahal akar yang merammb…
  • Syair-syair Panda MT Siallagan
      Doa yang PatahAku melukis sajadah di matamu, tapi tak selesai. Warna-warna doaku gagal gagal membaca arus yang menderas dari situ. Sembahyangku…
  • Di Depan Pintu Kematian
    Sajak-sajak Panda MT Siallagan NerakaKatamu:"Aku telah melemparkan kulitku jadi tanah. Kutanam mataku setelah kutugal dengan tulang-belulang. Tub…
  • Sebab Tubuhmu Bau Surga di Jantungku
    Puisi-puisi Panda MT Siallagan Ilustrasi. Di Jalan, Doaku Remuk Digilas Langkah-langkah Kaki Karena debu, deru dan asap dari cerobong kapitalism…

0 komentar:

Posting Komentar