Pengarang: Fahrudin Nasrulloh, dkk.
Pengantar : Joni Ariadinata
Pengulas : Nenden Lilis A
Tebal : XII + 296 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Sampul Buku.
Jurnal Cerpen Indonesia (JCI) Edisi # 10 merupakan Edisi Khusus yang memuat sejumlah...
24 November 2015
23 November 2015
Ujung Laut Pulau Marwah
Cerpen-cerpen di dalam buku ini memiliki keragaman ekspresi yang
sungguh jamak. Cerpen warna lokal di antaranya masih tampak dijadikan
andalan lantaran memang memberi banyak kemungkinan, lihat saja cerpen
bermuatan lokal Betawi, Melayu,...
22 November 2015
Upacara Terakhir

Cerpen Panda MT Siallagan
Malam menjelang Lebaran di kampung kami selalu berlangsung eksotis. Usai takbiran, hampir seluruh warga memilih terjaga sambil menunggu detik-detik suci keesokan harinya. Anak-anak biasanya bermain riang di halaman,...
18 November 2015
Dua Perempuan Sunyi

Cerpen Panda MT Siallagan
Ketika bangun menjelang subuh, hal yang pertama sekali dilakukannya adalah menanak nasi, mempersiapkan lauk-pauk, lalu menjerang air. Sambil menunggu air mendidih, ia memberesi kamar tidurnya, menyapu rumah, dan...
15 November 2015
Lelaki Kunang-kunang

Cerpen Panda MT Siallagan
Suatu dini hari. Kelam melebarkan sayapnya. Merangkul jagad. Inilah saat yang benar-benar mengerikan, bagian dari waktu yang memiliki kekuatan penuh menerjemahkan taring hening yang menggigit. Setiap tempat yang dikepung...
13 November 2015
Serangan Fajar dan Jas Pinjaman

Hal pertama yang mereka hancurkan adalah makna. Lalu dusta menjadi sesuatu yang lumrah. Entah bagaimana, pesona gagasan dan pemikiran kehilangan tempat sejak itu, menjadi retorika yang menguap jadi asosiasi buruk. Percakapan-percakapan yang baik...
Akhir dari Pelarian Sergio Batakov

Cerpen Panda MT Siallagan
Barangkali, inilah akhir dari pelarian Sergio Batakov, saat didengarnya pintu rumah diketuk. Dan ia tidak akan pernah tahu kapan persisnya kengerian itu bergetar di pintu rumahnya. Apakah di pagi hari ketika ia sedang mandi,...
11 November 2015
Kupu-kupu Bersayap Mawar

Cerpen Panda MT Siallagan
Seorang lelaki bertubuh liat, sedang bersedih di kedainya yang lengang, duduk di kursi paling pojok. Matanya memandang sayu pada semburat matahari senja yang bersilangan dari arah barat. Di hadapannya, segelas kopi hangat...
Langganan:
Postingan (Atom)