Mekar dalam Mimpi

Puisi-puisi Panda MT Siallagan Kota Mekar dalam Mimpi Kami Setiap kali mimpi kami mengembara pada malam-malam lengang dan jejak-jejak kami berpecahan jadi bintang-bintang, kami selalu membangun kota ini jadi kebun dan ladang-ladang semarak. Daun-daun...

Selanjutnya

Meruncing Diraut Airmata

Puisi-puisi Panda MT Siallagan Setelah Bambu Meruncing Lagi Diraut Airmata a/ setelah bambu-bambu itu meruncing lagi diraut airmata, kami menugal tanah-tanah yang telah terbakar di dalam jantung kami. kami tanami harapan-harapan, dan membesar jadi...

Selanjutnya

Kenapa Puisi, Mengapa Penyair?

Oleh Panda MT Siallagan Sebagaimana galibnya, anak berusia 8 tahun itu bertanya, apakah syair sama dengan puisi dan sajak atau sanjak? Tanpa memperhitungkan resiko, sang ibu menjawab: sama. Lalu rasa panik mulai melilit ketika bocah bermata puisi...

Selanjutnya

Bicara pada Tong Sampah

Oleh: Panda MT Siallagan Suatu ketika, seorang lelaki bertubuh ceking dan berkulit legam, duduk bersila di trotoar sebuah kota. Di hadapannya, terletak sebuah tong sampah yang kosong, sebab petugas baru saja membersihkannya dan mengangkut sampah dari...

Selanjutnya

Balasan Surat Kartini

Oleh Panda MT Siallagan Sampai kini, masih mengendap tiada jawab perihal kontroversi surat-surat Kartini. Di manakah naskah asli surat Kartini itu? Keturunan JH Abendanon juga sangat sulit ditemukan sehingga banyak pihak meragukan kebenaran surat-surat...

Selanjutnya

Allen, Medsos, Moloch

Oleh Panda MT Siallagan Andai Allen Ginsberg hidup di sini dan kini, puisi seperti apakah kiranya tercipta untuk Sonya Depari dan ayahnya itu? Ia mungkin akan menulis sajak panjang penuh gelombang dan seruan kemanusiaan. Dan saya bayangkan ia menghujat...

Selanjutnya

Dan Kau, Brutus?

Oleh Panda MT Siallagan Segala hal di dunia ini bisa kau beli, kata seorang kawan. Ia mengekspresikan rasa kecewa yang menyakitkan dengan bahasa yang sopan. Tetapi, katanya melanjutkan, kepercayaan tidak bisa kau beli dengan apapun, meskipun nyawa...

Selanjutnya

Hidup Absurd

Kebahagiaan dan penderitaan mungkin cuma sebuah kesadaran. Ketika seorang buruh sadar bahwa mimpi dan hasrat menikmati kehidupan selama-lamanya akan terbatas, ia mungkin menderita. Tapi setiap ia pasrah dan tulus memerankan takdir, kita harus berpikir:...

Selanjutnya