Lanskap Danau Toba yang indah. [Foto/INT] |
Kedua, dalam Bahasa Batak, Monaco itu kedengaran seperti manangko (dilafalkan manakko). Manangko atau manakko berarti mencuri. "Apa Pak Rizal tidak mengerti Monaco itu terdengar seperti kata ‘manakko’ yang artinya mencuri? Apakah kita harus mencuri?” tanyanya.
Alasan kedua ini memang kedengaran seperti guyon, tapi sebagai kritik, ia tetap penting direnungkan oleh berbagai pihak, agar kiranya konsep pengembangan kawasan Danau Toba melalui badan otorita, jangan dijadikan ajang 'curi mencuri' bagi kelompok-kelompok yang memiliki akses pada modal dan kekuasaan.
Hal di atas disampaikan Effendi Simbolon pada Senin 20 Juni 2016 dalam Rapat Persiapan Kunjungan Wakil Presiden ke Danau Toba. Memang, tanggal 30 Juli 2016, Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan mengadakan kunjungan kerja ke Danau Toba. Wapres akan menghadiri Forum Musyawarah Masyarakat Adat Batak di Parapat.
Forum Musyawarah Adat Batak ini merupakan gagasan Effendi Simbolon sendiri. “Dalam musyawarah itu kami akan menghadirkan enam puak (subsuku) Batak dan dari berbagai agama,” ujar Effendi.
Pada waktu yang bersamaan, Wapres juga dicanangkan ikut serta dalam penanaman 7.700 batang pohon di Hutaginjang, Tapanuli Utara, lalu memimpiin rapat pembangunan tujuh bupati sekitar Danau Toba.
Rapat Persiapan Kunjungan Wakil Presiden ke Danau Toba turut dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, juga para kepala daerah dari beberapa kabupaten di Sumut, seperti Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Wakil Bupati Humbang Hasundutan Saut Simamora, Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M. Pasaribu. Bupati Simalungun Jopinus Ramli Saragih yang daerahnya menjadi tuan rumah, justru tidak hadir. (berbagaisumber/int)
0 komentar:
Posting Komentar