Ancaman era digital terhadap keberlangsungan hidup surat kabar tampak kian nyata. Awal tahun 2016 kita menerima kabar sedih tentang tutupnya sebuah koran legendaris di Indonesia, Sinar Harapan, lalu kabar mengejutkan datang lagi dari Inggris. Koran ternama di negara itu, The Independent dan mingguan Independent on Sunday, telah dinyatakan tutup atau berhenti terbit.
Evgeny Lebedev, sang pemilik koran, mengumumkan sendiri penutupan kedua koran itu. Edisi terakhir kedua media cetak itu terbit pada 20 dan 26 Maret 2016 lalu. Meski begitu, The Independent yang sudah 30 tahun, akan tetap hadir dalam bentuk online independent.co.uk, sebagai wujud proses transisi. Saat ditutup, penjualan koran itu turun drastis dari angka 420 ribu eksemplar menjadi hanya 10 persen dari total penjualan.
"Jurnalisme telah berubah di luar apa yang dibayangkan. Kami harus berubah mengikuti perubahan zaman," ujar Evgeny Lebedey, akhir Maret 2016. The Independent merupakan media cetak yang didirikan oleh tiga mantan wartawan pada 1986, yang digawangi Andreas Whittam Smith. Koran itu menjadi terkenal karena enak dilihat dengan penekanan keunggulan pada kualitas foto.
Halaman depan edisi terakhir koran memuat cerita eksklusif tentang koneksi Inggris dalam komplotan untuk membunuh mantan Raja Arab Saudi. Ada pula gambar mencolok dari penumpang kereta yang dievakuasi selama operasi antiteror di Brussels, Belgia.
Imbas penutupan itu, sekitar 150 orang akan kehilangan pekerjaan. “Saya menyesali ini, tetapi dapat mengkonfirmasi bahwa semua orang pada kontrak kerja jangka menangah dan jangka panjang akan menerima gaji dua minggu, tergantung kondisi, untuk setiap yang bekerja setahun ditambah sesuai periodenya,” lanjut Lebedev.
Menurut informasi, perusahaan koran cetak itu dijual ke grup Johnston Press dengan nilai penjualan 24 juta poundsterling atau kurang lebih Rp500 miliar.
Sementara, salah satu penerbit suratkabar terbesar di Inggris melakukan langkah sebaliknya. Perusahaan itu malah akan meluncurkan harian nasional baru yang akan mulai dijual ketika koran besar lainnya berhenti dicetak.
Trinity Mirror, penerbit tabloid Daily Mirror dan Sunday Mirror, mengumumkan akan menerbitkan harian bernama The New Day dengan pendekatan semangat dan optimistis, dan netral secara politik. Pengumuman itu disampaikan beberapa hari setelah pemilik suratkabar The Independent, Evgeny Lebedev, mengatakan akan mengakhiri koran cetak itu bulan depan dan menggantinya dengan media online.
"The New Day akan aktif di media sosial, namun tidak akan memiliki website," kata Simon Fox, kepala eksekutif Trinity Mirror.
Dia mengakui bahwa jumlah pembeli suratkabar telah turun, namun menegaskan industri cetak masih jauh dari selesai. "Lebih dari 1 juta orang telah berhenti membeli suratkabar dalam dua tahun terakhir, tapi kami yakin sangat banyak dari mereka yang bisa dibujuk kembali dengan produk yang tepat," ujarnya.
"Menggairahkan kembali penerbitan cetak adalah bagian mendasar dari strategi kami yang paralel dengan transformasi digital, dan seharusnya tak perlu harus memilih antara dua itu, suratkabar bisa hidup di abad digital jika dirancang untuk menawarkan sesuatu yang berbeda."
Salah satu editor koran baru ini, Alison Phillips, mengatakan The New Day dikembangkan atas dasar pendapat pelanggan dan merupakan suratkabar pertama yang dirancang untuk gaya hidup masyarakat modern. The New Day akan menjadi suratkabar yang sepenuhnya baru, bukan versi ringan atau berbagi konten dengan Daily Mirror. (int/*)
Evgeny Lebedev, sang pemilik koran, mengumumkan sendiri penutupan kedua koran itu. Edisi terakhir kedua media cetak itu terbit pada 20 dan 26 Maret 2016 lalu. Meski begitu, The Independent yang sudah 30 tahun, akan tetap hadir dalam bentuk online independent.co.uk, sebagai wujud proses transisi. Saat ditutup, penjualan koran itu turun drastis dari angka 420 ribu eksemplar menjadi hanya 10 persen dari total penjualan.
"Jurnalisme telah berubah di luar apa yang dibayangkan. Kami harus berubah mengikuti perubahan zaman," ujar Evgeny Lebedey, akhir Maret 2016. The Independent merupakan media cetak yang didirikan oleh tiga mantan wartawan pada 1986, yang digawangi Andreas Whittam Smith. Koran itu menjadi terkenal karena enak dilihat dengan penekanan keunggulan pada kualitas foto.
Halaman depan edisi terakhir koran memuat cerita eksklusif tentang koneksi Inggris dalam komplotan untuk membunuh mantan Raja Arab Saudi. Ada pula gambar mencolok dari penumpang kereta yang dievakuasi selama operasi antiteror di Brussels, Belgia.
Imbas penutupan itu, sekitar 150 orang akan kehilangan pekerjaan. “Saya menyesali ini, tetapi dapat mengkonfirmasi bahwa semua orang pada kontrak kerja jangka menangah dan jangka panjang akan menerima gaji dua minggu, tergantung kondisi, untuk setiap yang bekerja setahun ditambah sesuai periodenya,” lanjut Lebedev.
Menurut informasi, perusahaan koran cetak itu dijual ke grup Johnston Press dengan nilai penjualan 24 juta poundsterling atau kurang lebih Rp500 miliar.
Sementara, salah satu penerbit suratkabar terbesar di Inggris melakukan langkah sebaliknya. Perusahaan itu malah akan meluncurkan harian nasional baru yang akan mulai dijual ketika koran besar lainnya berhenti dicetak.
Trinity Mirror, penerbit tabloid Daily Mirror dan Sunday Mirror, mengumumkan akan menerbitkan harian bernama The New Day dengan pendekatan semangat dan optimistis, dan netral secara politik. Pengumuman itu disampaikan beberapa hari setelah pemilik suratkabar The Independent, Evgeny Lebedev, mengatakan akan mengakhiri koran cetak itu bulan depan dan menggantinya dengan media online.
"The New Day akan aktif di media sosial, namun tidak akan memiliki website," kata Simon Fox, kepala eksekutif Trinity Mirror.
Dia mengakui bahwa jumlah pembeli suratkabar telah turun, namun menegaskan industri cetak masih jauh dari selesai. "Lebih dari 1 juta orang telah berhenti membeli suratkabar dalam dua tahun terakhir, tapi kami yakin sangat banyak dari mereka yang bisa dibujuk kembali dengan produk yang tepat," ujarnya.
"Menggairahkan kembali penerbitan cetak adalah bagian mendasar dari strategi kami yang paralel dengan transformasi digital, dan seharusnya tak perlu harus memilih antara dua itu, suratkabar bisa hidup di abad digital jika dirancang untuk menawarkan sesuatu yang berbeda."
Salah satu editor koran baru ini, Alison Phillips, mengatakan The New Day dikembangkan atas dasar pendapat pelanggan dan merupakan suratkabar pertama yang dirancang untuk gaya hidup masyarakat modern. The New Day akan menjadi suratkabar yang sepenuhnya baru, bukan versi ringan atau berbagi konten dengan Daily Mirror. (int/*)
0 komentar:
Posting Komentar