SolupL - Jika kita membaca biografi tokoh-tokoh terkenal, baik tokoh nasional dan internasional, mereka umumnya pembaca buku yang baik. Selain tekun menggeluti buku-buku bidang profesinya, salah satu jenis bacaan yang tak luput bagi mereka adalah sastra dan filsafat. Bahkan, ilmuan-ilmuan penemu bidang matematika, fisika, kimia, terkadang sekaligus menjadi filsuf dan sastrawan.
Ilustrasi. |
Ketika Andi Malarangeng ditahan KPK pada Oktober 2013, dari rumah tahanan ia memesan kepada keluarganya agar dibawakan buku Inferno karya Dan Brown, sebuah buku sastra memikat, yang meliuk-liuk mengetengahkan spekulasi neraka sebagai akibat dari ledakan populasi manusia di muka bumi. Saya gemetar membaca novel ini, dan gerun membayangkan 10 atau 20 tahun mendatang, seberapa sesakkah bumi kita? Seperti spekulasi Dan Brown: mungkin seperti nerakakah? Dan saya merenung, mengapa Andi Malarangeng memesan buku itu?
Tapi kita tidak hendak membahas itu. Saya hanya ingin menyatakan bahwa tokoh-tokoh besar dunia, yang kekal di jalur moral atau yang tergelincir di jalur dosa, umumnya adalah pembaca karya-karya sastra. Bahkan saya percaya, siapa tak baca sastra, maka potensi otak dan rahasia ajaib batinnya akan mengendap tanpa pernah diketahuinya. Oleh karena itulah mungkin kenapa karya-karya sastra lama lahir dari golongan bangsawan, sebab merekalah yang punya intelejensia karena memiliki akses terhadap sumber-sumber bacaan berkualitas.
Sekarang ini, mendapatkan sumber bacaan sudah sangat mudah, sama seperti mudahnya menyaksikan pasir di pantai-pantai yang indah. Tapi alangkah sedihnya, sastra belum pernah menjadi bacaan favorit. Atau lebih buruk dari itu, masyarakat kita masih jauh dari kultur baca. Dan lucunya, mereka yang mengaku berprofesi sebagai penulis, katakanlah wartawan, banyak yang tak memiliki minat baca. Bahkan, ada wartawan yang tak kenal pada Jakob Oetama dan Rosihan Anwar. Alangkah naif. Konon lagi membaca sastra?
Demikianlah, sastra atau kesusasteraan adalah karya tulis kreatif yang mengandung hikmah atau pedoman. Menurut sejumlah ahli, sastra adalah jenis bahasa ungkap yang imajinatif atas berbagai sisi kehidupan manusia. Dengan bahasa yang lebih awam, sastra merupakan tulisan yang indah, berisi kalimat-kalimat indah yang bisa menggugah hati pembaca, atau bisa juga disebut hasil rekaan (imajinasi) penulis berdasarkan pengalaman dan penghayatannya akan kehidupan.
Secara umum, beberapa jenis karya sastra yang dikenal secara luas adalah novel, roman, cerita pendek (cerpen), puisi atau puisi atau syair, pantun, naksah drama, dongeng, legenda (cerita rakyat) dan lain-lain. Secara historis, keseluruhan jenis karya sastra itu dikelompokkan dalam jenis sastra lama dan sastra baru (modern).
Jenis karya sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan yang 'mengada' atau hidup di tengah-tengah masyarakat melalui ujaran atau ucapan. Karya-karya ini umumnya tercipta pada zaman kerajaan atau masa sebelum pergerakan nasional yang melahirkan Indonesia. Jenis karya ini adalah: pantun, syair, mantera, hikayat, legenda, sage, dan fabel. Sedangkan jenis karya sastra baru (modern) adalah karya yang lahir pada zaman modern, baik sejak masa kolonial hingga saat ini. Contoh sastra baru: sajak, novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain-lain. Mari kita lihat satu per satu.
- Fabel adalah cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh. Di Indonesia, tokoh hewan paling polpuler adalah kancil, yang digambarkan sebagai mahluk kecil yang pintar dan licik.
- Sage adalah dongeng-dongeng tentang para satria (kepahlawanan), keperkasaan, raja-raja sakti, pangeran-pangeran agung atau tokoh-tokoh tertentu.
- Dongeng adalah cerita lama yang biasanya tidak diketahui pengarangnya alias anonim, diceritakan dari mulut ke mulut secara turun temurun.
- Legenda kurang lebih sama dengan dongeng, tapi lebih fokus menceritakan asal usul suatu tempat atau cerita tentang suata kerajaan pada jaman dahulu.
- Mantera adalah untaian kata-kata menyerupai puisi yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Misalnya mantera-mantera yang dikomat-kamitkan para dukun atau pawang, sering juga disebut jampi-jampi, atau ayat-ayat tangkal. Ini termasuk sastra lisan.
- Gurindam adalah bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait. Tiap bait terdiri dari 2 baris dengan rima akhir yang sama.
- Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam kebudayaan Nusantara. Dalam kebudayaan Batak, pantun ini disebut umpasa.
- Syair merujuk pada pengertian puisi secara umum. Dalam perkembangannya, syair mengalami perubahan sehingga tidak lagi mengacu tradisi Arab, asal syair.
- Puisi (sajak) adalah karya sastra yang terikat oleh bait dan larik, kata-katanya singkat tetapi padat makna, terbingkai dalam gaya bahasa yang apik.
- Roman adalah cerita fiktif yang menceritakan kisah hidup seorang anak manusia dan sering berakhir dengan kematian.
- Novel adalah karya sastra baru yang sangat populer saat ini. Banyak karya novel kemudian direproduksi menjadi film. Contoh novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, dll.
- Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, sesuai dengan namanya cerpen biasanya terdiri dari 2-5 lembar kertas polio atau 6000-8000 karakter. Karya sastra ini sangat populer dan hampir setiap Minggu terbit di berbagai surat kabar.
- Naskah drama adalah cerita yang lengkap dengan adegan dan dialog para tokoh cerita. Dalam drama para pelaku cerita diatur, baik cara bicara, gaya adegan, serta ekspresi wajah. Drama biasanya diawali dengan prolog. (Panda MT Siallagan) ***
0 komentar:
Posting Komentar