Jika terjadi kesalahan cetak bersifat fatal di sebuah suratkabar, maka tak ada jalan untuk memperbaiki kecuali meminta maaf kepada pembaca di edisi berikutnya. Dan terkadang, permintaan maaf itu menjadi tidak berarti karena kemarahan publik terlanjur meledak. Sebagai contoh, kata 'kontrol' akan sangat fatal jika huruf 'r' hilang. Namun tak jarang, salah ketik bisa membuat pembaca tertawa, misalnya rumah sakit jadi rumah sakti.
Tapi kita tidak hendak membahas salah cetak atau salah ketik yang dikenal dengan istilah typo atau literal eror itu. Contoh di atas hanya pembuka untuk menegaskan bahwa salah satu kelemahan media cetak adalah salah ketik. Tapi di media digital, kesalahan semacam itu bisa segera diperbaiki sebelum menuai dampak sosial yang lebih luas.
Sebagaimana diketahui, jurnalisme digital merupakan proses penyampaian informasi kepada publik dengan menggunakan saluran internet. Tentu saja, pekerjaan jurnalistik semakin mudah, sebab dapat dilakukan tanpa melewati proses panjang. Terlebih saat ini, kemudahan itu semakin nyata dengan smartphone atau perangkat-perangkat komunikasi canggih lainnya.
Memang, proses penyampaian informasi seperti ini bukan hal baru. Media elektonik seperti TV dan radio telah sejak lama mengenal dan menerapkan siaran langsung untuk melaporkan sebuah peristiwa. Namun karena karakter audio-visual berbeda dengan media cetak yang tekstual, tarik menarik kedua jenis media ini tak terlalu genting.
Lalu, kehadiran media digital seolah merampas habis peran media cetak dan elektronik. Sebab, media online bisa sekaligus menyuguhkan rekaman, ruang komentar bagi pembaca, gambar bergerak, berbagai tautan (baik eksternal maupun internal). Contoh tautan eksternal adalah link ke media lain, sedangkan tautan internal bisa berupa 'berita terkait' atau 'berita sebelumnya', atau navigasi rubrik yang tentu saja memudahkan pembaca memilih berita-berita yang diinginkan.
Dalam konteks kerja jurnalistik, media digital dioperasikan secara real time (waktu nyata). Wartawan bisa menyiarkan langsung liputannya saat peristiwa masih berlangsung. Mekanisme publikasi real time itu tak perlu tunduk pada jadwal penerbitan (cetak) atau siaran (elektronik). Sepanjang terhubung ke jaringan internet, proses penyampaian informasi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Sebaliknya, pembaca juga bisa menikmati informasi kapan saja dan dimana saja.
Secara umum, berikut karakteristik dan keunggulan jurnalisme digital:
- Karya-karya jurnalistik online terhubung ruang-ruang atau aplikasi yang memungkinkan audiens menikmati informasi secara efisien dan efektif. Bahkan, pembaca bisa memberikan tanggapan atau koreksi atas hal-hal yang dinilai perlu dikomentari.
- Dalam konteks tertentu, jurnalisme digital tidak membutuhkan organisasi yang rapi sebagaimana harus terdapat pada perusahaan pers media konvensional.
- Kebutuhan editor atau redaktur sangat minim, bahkan bisa tanpa editor jika wartawan sudah melek EYD.
- Dalam hal menikmati informasi, pembaca tidak perlu mengeluarkan biaya berlangganan. Yang dibutuhkan hanya akses internet. Dengan demikian, pembaca bisa memilih berita apa saja sesuai minat, tanpa merasa rugi. Hal itu berbeda ketika seseorang membeli atau berlangganan suratkabar. Sebagian besar pelanggan tidak membaca habis seluruh berita, artikel atau kisah-kisah yang terbit di koran.
- Berita-berita atau konten di media digital akan terdokumentasi secara baik karena tersimpan dalam jaringan digital.
- Berita-berita disampaikan secara otonom sehingga pembaca bisa memilih berita tanpa berurutan. Contoh, pembaca media digital tidak harus membaca berita hari ini, tapi bebas memilih membaca peristiwa lain yang bahkan sudah berlalu hitungan tahun.
- Jurnalisme digital memungkinkan berita bisa disajikan sebanyak-banyaknya, sepanjang-panjangnya, berbeda dengan media cetak yang sangat tergantung pada space atau halaman.
- Jurnalisme digital memungkinkan tim redaksi menyiarkan teks bersamaan dengan suara, gambar, video dan komponen lain di dalam berita yang dikirim ke audiens. ***
Tapi kita tidak hendak membahas salah cetak atau salah ketik yang dikenal dengan istilah typo atau literal eror itu. Contoh di atas hanya pembuka untuk menegaskan bahwa salah satu kelemahan media cetak adalah salah ketik. Tapi di media digital, kesalahan semacam itu bisa segera diperbaiki sebelum menuai dampak sosial yang lebih luas.
Sebagaimana diketahui, jurnalisme digital merupakan proses penyampaian informasi kepada publik dengan menggunakan saluran internet. Tentu saja, pekerjaan jurnalistik semakin mudah, sebab dapat dilakukan tanpa melewati proses panjang. Terlebih saat ini, kemudahan itu semakin nyata dengan smartphone atau perangkat-perangkat komunikasi canggih lainnya.
Memang, proses penyampaian informasi seperti ini bukan hal baru. Media elektonik seperti TV dan radio telah sejak lama mengenal dan menerapkan siaran langsung untuk melaporkan sebuah peristiwa. Namun karena karakter audio-visual berbeda dengan media cetak yang tekstual, tarik menarik kedua jenis media ini tak terlalu genting.
Lalu, kehadiran media digital seolah merampas habis peran media cetak dan elektronik. Sebab, media online bisa sekaligus menyuguhkan rekaman, ruang komentar bagi pembaca, gambar bergerak, berbagai tautan (baik eksternal maupun internal). Contoh tautan eksternal adalah link ke media lain, sedangkan tautan internal bisa berupa 'berita terkait' atau 'berita sebelumnya', atau navigasi rubrik yang tentu saja memudahkan pembaca memilih berita-berita yang diinginkan.
Dalam konteks kerja jurnalistik, media digital dioperasikan secara real time (waktu nyata). Wartawan bisa menyiarkan langsung liputannya saat peristiwa masih berlangsung. Mekanisme publikasi real time itu tak perlu tunduk pada jadwal penerbitan (cetak) atau siaran (elektronik). Sepanjang terhubung ke jaringan internet, proses penyampaian informasi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Sebaliknya, pembaca juga bisa menikmati informasi kapan saja dan dimana saja.
Secara umum, berikut karakteristik dan keunggulan jurnalisme digital:
- Karya-karya jurnalistik online terhubung ruang-ruang atau aplikasi yang memungkinkan audiens menikmati informasi secara efisien dan efektif. Bahkan, pembaca bisa memberikan tanggapan atau koreksi atas hal-hal yang dinilai perlu dikomentari.
- Dalam konteks tertentu, jurnalisme digital tidak membutuhkan organisasi yang rapi sebagaimana harus terdapat pada perusahaan pers media konvensional.
- Kebutuhan editor atau redaktur sangat minim, bahkan bisa tanpa editor jika wartawan sudah melek EYD.
- Dalam hal menikmati informasi, pembaca tidak perlu mengeluarkan biaya berlangganan. Yang dibutuhkan hanya akses internet. Dengan demikian, pembaca bisa memilih berita apa saja sesuai minat, tanpa merasa rugi. Hal itu berbeda ketika seseorang membeli atau berlangganan suratkabar. Sebagian besar pelanggan tidak membaca habis seluruh berita, artikel atau kisah-kisah yang terbit di koran.
- Berita-berita atau konten di media digital akan terdokumentasi secara baik karena tersimpan dalam jaringan digital.
- Berita-berita disampaikan secara otonom sehingga pembaca bisa memilih berita tanpa berurutan. Contoh, pembaca media digital tidak harus membaca berita hari ini, tapi bebas memilih membaca peristiwa lain yang bahkan sudah berlalu hitungan tahun.
- Jurnalisme digital memungkinkan berita bisa disajikan sebanyak-banyaknya, sepanjang-panjangnya, berbeda dengan media cetak yang sangat tergantung pada space atau halaman.
- Jurnalisme digital memungkinkan tim redaksi menyiarkan teks bersamaan dengan suara, gambar, video dan komponen lain di dalam berita yang dikirim ke audiens. ***
0 komentar:
Posting Komentar