15 Agustus 2016

Konsep Waktu Menurut Batak, Bermula dari Beringin

Dalam kehidupan ini, kita hidup menjalani waktu. Ada pagi, siang dan malam. Ada hari, minggu, bulan dan tahun. Di dalam tradisi Batak, konsep waktu ini sudah ada sejak zaman dahulu kala dan terekam dalam sebuah mitos. Konsep waktu menurut Batak lama ini, semua berawal dari pohon hariara sundung di langit atau pohon beringin. Berikut legendanya:

FOTO/Int
Pada awalnya dunia ini hanya terdiri dari hamparan laut yang luas. Pada suatu pagi (manogot), Debata Mula Jadi Na Bolon (Allah) menjatuhkan satu buah pohon beringin ke tengah hamparan lautan itu, lalu biji itu tumbuh. Peristiwa ini disebut Komis. Menjelang siang (pangului) kira-kira pukul 10.00, pohon itu mulai memiliki daun, waktu ini dinamai Bisnu. Lalu tengah hari (hos ni ari) kira-kira pukul 12.00, kayu tersebut berbunga, waktu ini disebut Sori. Selanjutnya menjelang sore (guling ari) kira-kira pukul 15.00, kayu tersebut berbuah, waktu ini disebut Hala. Sore (bot ari) kira-kira pukul 18.00 yang disebut Borma, satu biji pohon itu jatuh. Pohon itu pun kemudian mati.

Keesokan harinya biji pohon yang jatuh itu tumbuh lagi di pagihari (manogot), berdaun menjelang siang (pangului), berbunga tengah hari (hos ni ari), berbuah  menjelang sore (guling ari), lalu buahnya gugur pada sore hari (bot ari), lalu pohon itu mati. Demikianlah terus menerus hingga muncul daratan yang ditempati manusia sekarang.

Dengan demikian, berdasarkan legenda mitos itu, Batak memiliki konsep 5 waktu, yang disebut dengan hatiha silima, yaitu:

- Manogot (komis): Pukul 06.00 pagi
- Pangului (bisnu): Pukul 10.00 pagi
- Hos ni Ari (sori): Pukul 12.00 siang
- Guling Ari (hala): Pukul 15.00 sore
- Bot Ari (Borma): Pukul 18.00 sore


Adapun pohon yang terus tumbuh itu secara terus menerus disebut dengan hariara sundung di langit (pohon beringin). Pohon beringin ini memiliki 5 akar, yang disebut hatiha silima tadi. Sedangkan batang pohon itu dinamai taon bolon, cikal bakal terciptanya tahun. Sedangkan cabang pohon itu dipercaya berjumlah 8, dan itulah cikal-bakal terciptanya desa na ualu (desa na 8), yaitu delapan penjuru mata angin. Kedelapan penjuru mata angin itu adalah:

Julu (utara) - Irisanna (timur laut) - Purba (timur) - Anggoni (tenggara) - Dangsina (selatan) - Nariti (barat daya) - Pastima (barat) - Manabia (barat laut).

Selanjutnya, legenda ini menyatakan bahwa ranting pohon itu memiliki jumlah 30. Itulah permulaan jumlah hari selama sebulan. Sedangkan buah pohon itu berjumlah 12, inilah permulaan permesa na 12, yaitu zodiak Batak (BACA: Mengenal Zodiak Batak, Namanya Permesa Na-12).

Demikian kisah atau konsep permulaan waktu dalam tradisi Batak, semoga bermanfaat. (disadur dari buku Jambar Hata karangan TM Sihombing)
Bagikan:

0 komentar:

Posting Komentar