Mengapa sebuah peristiwa perlu diberitakan? Kejadian apa saja yang pantas atau layak jadi berita? Dan apa yang menyebabkan sebuah peristiwa layak jadi berita? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan inilah yang disebut nilai berita.
Kita tahu, segala sesuatu pasti memiliki nilai. Jika sesuatu tak bernilai, maka ia disebut sampah. Tetapi, sampah sekalipun saat ini sudah bisa dimanfaatkan atau diolah menjadi nilai-nilai baru. Pupuk kompos, misalnya, justru mendapatkan nilai terbaiknya dari ketersediaan sampah.
Demikian halnya berita. Tidak semua hal layak 'dikorankan', 'ditelevisikan', 'diradiokan' atau 'dionlinekan' jadi berita. Memang, sulit menemukan defenisi yang baku soal nilai berita, sebab banyak faktor yang menentukannya. Ada faktor kultur, situasi sosial, tingkat pendidikan masyarakat, kedekatan, jangkauan, dan lain-lain. Bahkan, subjektifitas juga sangat berpengaruh pada nilai sebuah berita.
Misalnya, seorang anak jatuh dari sepeda karena bersenggolan dengan sepedamotor. Anak tersebut mengalami luka ringan dan dilarikan ke puskesmas. Peristiwa ini mungkin tidak penting (tidak bernilai berita) bagi orang lain, tapi bagi warga di sekitar tempat tinggal si anak (tetangga), peristiwa ini sangat bernilai karena faktor kedekatan dan emosional. Mereka pasti penasaran, kenapa peristiwa itu terjadi, bagaimana kondisi si anak, siapa pengendara sepedamotor dan bagaimana tanggungjawabnya? Apakah dia lari atau turut membawa si anak ke puskesmas?
Contoh lain, penggila sepakbola akan menganggap berita bola sebagai berita sangat penting (bernilai), tapi bisa saja tak punya arti bagi penambang pasir. Berita ekonomi tak penting bagi nelayan, tapi sangat bernilai bagi bagi pengusaha. Nilai berita inilah kemudian yang mendasari munculnya rubrikasi di sebuah media, agar dapat menjangkau segmen pembaca atau audiens yang lebih luas dan beragam sesuai standar nilai masing-masing.
Namun demikian, terdapat nilai-nilai universal yang bisa menyatukan standar-standar subjektif. Contoh, kenaikan harga BBM akan berpengaruh bagi kehidupan setiap orang, sehingga ia memiliki nilai tinggi sebagai berita. Pembunuhan seorang anak balita, misalnya, juga akan menyentuh perasaan setiap orang dimana pun berada, sebab itu ia memiliki nilai berita tinggi.
Ini sekaligus menjadi jawaban atas beberapa pertanyaan, mengapa terkadang ada berita tak penting diterbitkan di suratkabar? Jika dicermati, berita itu sesungguhnya tetap penting, tapi mungkin untuk segmen pembaca yang lain. Berikut diringkaskan nilai-nilai berita, tentu saja berdasarkan perspektif jurnalistik.
1. DAYA TARIK (Magnitude)
Seberapa luas pengaruh suatu peristiwa bagi masyarakat. Berapa banyak orang yang terimbas akibat peristiwa itu? Contoh, kenaikan harga BBM lebih luas pengaruhnya bagi masyarakat ketimbang berita tentang kecelakaan bus di Malaysia. Oleh sebab itulah mengapa berita kenaikan harga BBM selalu menjadi topik utama di media.
2. KEDEKATAN (Proximity)
Sebuah peristiwa memiliki nilai penting apabila dekat dengan khalayak pembaca, seperti sudah disebutkan diatas. Peristiwa kebakaran pasar, misalnya, bisa menjadi berita heboh di lokasi kejadian, tapi bagi warga kota lain, berita itu tak terlalu bernilai.
3. AKTUALITAS (Actuality)
Aktualitas atau jarak waktu sangat penting bagi nilai sebuah berita. Apakah kejadiannya baru? Masih hangat? Berita yang terlambat atau tidak aktual dengan sendirinya akan kehilangan nilai, terlebih di era digital saat ini dimana media-media online saling berpacu dengan waktu.
4. KETOKOHAN
Jika seorang guru membentak murid karena nakal, mungkin bukan berita. Tapi jika seorang Gubernur membentak pelajar, itu akan jadi berita besar. Atau, jika tukang ojek tabrakan dengan tukang ojek lain, itu dianggap biasa. Tapi jika seorang pejabat atau artis tabrakan dengan tukang ojek, pasti jadi berita heboh. Di sini ketokohan sangat penting. Peristiwa boleh biasa, tapi jika itu menyangkut nama atau tokoh besar, ia akan memiliki nilai berita tinggi.
5. UNIK DAN BARU
Kita sering membaca di koran atau menonton di televisi tentang fenomena-fenomena unik. Gerhana Matahari Total beberapa waktu lalu, misalnya, jadi pemberitaan heboh di seluruh dunia. Suatu ketika, ada pohon pisang berbuah nangka, kambing berkaki tiga, domba bersuara ayam, dll. Hal-hal unik dan baru seperti ini selalu menjadi perhatian orang banyak sehingga memiliki nilai berita tinggi.
6. KONFLIK (DRAMA)
Dalam berita, juga terdapat konflik atau drama yang menyertainya. Aksi tembak-menembak antara terosris dengan pasukan Densus 88, misalnya, merupakan berita bagus karena sangat dramatis. Contoh lain, seorang ibu kejar-kejaran dengan jambret, memiliki nilai dramatis yang menggugah dan menginspirasi.
7. INFORMATIF
Berita bisa sangat bernilai karena bersifat informatif. Misalnya, cuaca buruk yang melanda suatu wilayah, akan sangat bernilai bagi para calon penumpang pesawat. Longsor di satu titik arus lalu-lintas, misalnya, sangat penting diketahui pengendara atau masyarakat yang sedang bepergian melintasi kawasan itu.
8. EKSKLUSIF
Eksklusif berarti tidak sama dengan lain, khusus, dan tersendiri. Misalnya, ada sebuah peristiwa heboh di sebuah dusun. Tak banyak orang tahu peristiwa tersebut. Tapi ternyata, seorang wartawan berhasil mengendusnya. Dan terbitlah peristiwa itu hanya di satu surat kabar. Nah, tentu saja berita ini sangat bernilai ketimbang berita yang ramai-ramai disiarkan di berbagai media. Liputan investigatif dan features, umumnya memiliki nilai eksklusif.
9. KECENDERUNGAN (Trend)
Trend terkait erat dengan perkembangan teknologi, gaya hidup, fashion, perilaku masyarakat, atau hal-hal lain yang sedang uptodate. Misalnya, berita-berita tentang lounching smartphone terbaru akan sangat menarik bagi mereka cenderung gonta-ganti perangkat.
10. HUMAN INTEREST (Rasa Manusiawi)
Suatu peristiwa bisa sangat bernilai jika mampu menyentuh perasaan kemanusiaan banyak orang. Penganiayaan TKI Indonesia di Malaysia, misalnya, mengandung nilai human interest tinggi. Beberapa hal yang memuat unsur human interest antaralain ketegangan, ketidaklaziman (misalnya seorang ibu melahirkan bayi kembar 4), minat pribadi, simpati, dll.
11. SEKSUALITAS
Banyak pendapat yang tidak menyebutkan seks sebagai sebuah nilai dalam berita jurnalistik. Namun faktanya, peristiwa apapun yang berhubungan dengan seksualitas, biasanya dieksplore sedemikian rupa oleh media massa. Kasus anggota DPR-Maria Eva, pencabulan anak di bawah umur, perselingkuhan para pejabat, prositusi artis, hingga kehebohan terakhir: LGBT. Dengan demikian, seksualitas adalah berita bernilai tinggi. ***
0 komentar:
Posting Komentar