02 Agustus 2016

Mengapa Facebook Dinamai Facebook?

Siapa yang tidak kenal Facebook? Mulai dari masyarakat golongan atas hingga kelas bawah, tua-muda, miskin-kaya, pria dan wanita, semua akrab dengan Facebook. Di seluruh dunia. Di kota megapolit, metropolis, kota kecil hingga ke desa-desa. Jejaring sosial ini sungguh fenomenal, digunakan paling banyak orang di seluruh dunia.


Indonesia konon masuk peringkat kedua negara paling banyak pengguna Facebook-nya, sekitar 50 juta pengguna. Pertanyaannya, dari sekitar 50 juta pengguna di Indonesia itu, berapa banyakkah yang pernah bertanya, mengapa Facebook ini dinamai Facebook? Seberapa banyakkah yang punya rasa ingin tahu bagaimana Facebook hadir merampas kehidupannya?

Secara etimologis (asal usul kata), siapapun pasti mudah mengerti bahwa Facebook berasal dari dua kata, yaitu face dan book. Dalam bahasa Inggris, kedua kata itu berarti wajah dan buku. Jika begitu, secara sederhana, Facebook dapat diartikan sebagai 'wajah buku' atau 'buku wajah'. Hmmm...! Buku wajah? Apakah kedengaran aneh?

Tak perlu rumit berpikir, meskipun istilah itu kedengaran aneh, tapi kita bisa segera menangkap maknanya: buku berisi wajah-wajah. Tapi nyatanya, Facebook bukan buku, tapi sebuah layanan situs web berbasis internet. Mengapa tidak tidak dinamai webface, netface, onlineface, atau uploadface, misalnya? Soalnya, penggunaan kata 'buku' untuk sebuah situs web rasanya terdengar ganjil.

Dan ternyata, istilah facebook itu memang ada. Atau tepatnya buku-nama. Hampir seluruh universitas (perguruan tinggi) di Amerika selalu memberikan buku wajah atau buku nama ini kepada para mahasiswa baru. Buku ini semacam direktori berisi petunjuk data diri para mahasiswa seperti nama, alamat, dan foto. Dengan demikian, para mahasiswa baru itu dapat mengenal satu sama lain melalui 'buku wajah' itu.

Di Indonesia, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, 'buku nama' ini sesungguhnya ada dan kita mengenalnya. Hanya saja, wujudnya sangat sederhana, kadang hanya ditulis dalam buku tulis besar ukuran folio, dan peruntukannya bukan untuk pelajar atau mahasiswa tapi lebih kepada arsip sekolah.

Saya sendiri mengalami kondisi sebaliknya. Saya mendapatkan buku nama (buku wajah) dari universitas bukan ketika masuk kuliah, tapi ketika tamat. Pada saat wisuda, pihak universitas memberikan buku wajah kepada seluruh wisudawan/i. Buku itu berisi data seluruh mahasiswa/i yang diwisuda: nama, alamat, titel kesajarnaan, IPK ketika tamat, fakultas, lama masa kuliah, dll, dan tentu saja dilengkapi dengan foto.

Jadi ceritanya, berdasarkan 'buku wajah' itulah Mark Zuckerberg merancang Facebook. Awalnya namanya bukan Facebook, tapi Facemash. Situs Facemash ini berisi foto para mahasiswa yang diperoleh dari buku wajah asrama mahasiswa/i. Untuk mengembangkannya, Zuckerberg malah membobol jaringan komputer Universitas Harvard (tempat ia kuliah) dan mengambil gambar-gambar para mahasiwa/i di asrama, lalu ditayangkan ke Facemash. Harvard waktu itu belum memiliki buku wajah berisi foto dan informasi dasar mahasiswa. Padahal jaringan komputer itu dilindungi. Mark waktu itu dituduh melanggar hukum dan nyaris dipecat.

Akhirnya, tahun 2004, Facebook didirikan sebagai 'pewaris' Facemash. Sama seperti konsep buku nama sekolah dan universitas, pengguna Facebook terlebih dahulu mendaftar, lalu membuat data pribadi, dan bisa langgung berhubungan dengan teman lain yang juga menggunakan Facebook. Dan itulah konsep 'ajaibnya'. Jika 'buku wajah' hanya berisi data dan komunikasi hanya terjalin jika orang-orang di dalamnya saling menghubungi, maka di Facebook, pengguna bisa langsung bertukar pesan, langsung mendapat kabar (pemberitahuan) secara otomatis ketika mereka memperbarui informasi maupun profil lainnya.

Facebook didirikan Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas hanya untuk mahasiswa Harvard, kemudian diperluas ke beberapa perguruan tinggi, dan terakhir terbuka untuk umum berusia minimal 13 tahun, termasuk kita yang berada di Indonesia. Demikianlah, semoga bermanfaat. ***
Bagikan:

0 komentar:

Posting Komentar