22 Agustus 2016

Sajak-sajak Panda MT Siallagan


Laut dan Pohon yang Bangkit 
 : Hasan Junus

Aku dengar udara, membawa gelora samudera lewat suaramu. Dan pada jiwaku yang gunung, bangkit pohon-pohon, bernyanyi tentang gelombang yang melukis karang jadi awan. Ranting-ranting bersukaria, menari diiring buih yang melesatkan namamu mengoyak langit. Dan aku memburu jiwaku dengan melompati petir.

Kita bertarung di angkasa. Laut bangkit menjadi rudal di ujung jemarimu, dan aku rakit daratan menjadi keris di tanganku. Kita tabuh genderang perang di seluruh bumi atas nama cinta. Kau ledakkan rohku ketika kunista matahari terbenam. Kutikami jiwamu ketika kau berpaling dari mentari.

Tiba-tiba, aku lihat kau tertawa di atas tangisku, kita merayakan kemenangan dengan mekompat ke atas pelangi, meluncur ke dalam laut. Dan aku dengar udara, membawa gelora samudera lewat suaramu. Pada jiwaku yang gunung, bangkit pohon-pohon.

2003

Capture puisi edisi cetak surat kabar.
Perpisahan

Seluruh daun berguguran dari segala ranting, sesunyi apa pohon itu tumbuh di dadamu?

2003

Lukisan Doa

Menyusuri luka, aku tiba pada sebuah lukisan yang diwarnai airmata di dinding rinduku. Sebuah sungai berlari dari matamu, mengirim patahan-patahan doa ke dalam hening nafasku. Surat-suratmukah yang terpantul dari gemericik air dan menggambar kesenyapan batu-batu jadi matahari?

Aku lihat cahaya membingkai suaramu jadi pohon dan mencatat keteguhan bukit-bukit pada setiap rantingnya. Selembar daun lalu menari di keningmu, merayu jiwaku dengan liukan angin yang turun dari setiap gunung harap.

Maka saksikanlah, setelah kuseru namamu dengan warna-warna yang mendadak berlompatan dari lukisan itu, kicau burung menggugurkan lukaku jadi hujan, dan menggenang jadi sajak. Mengendarai ombaknya, kusetubuhi kau atas nama doa.

2004

Kota pada Sebuah Pagi

Anak kecil
berlari-lari mengejar debu
dilihatnya serupa kupu-kupu
Tapi ketika hinggap di matanya
alisnya meringis
dicabutinya
dirakitnya jadi kuas
lalu ia melukis luka
yang digores sunyi
di dadanya

2003

* Sajak-sajak ini terbit di Riau Pos, 4 April 2004

Bagikan:

0 komentar:

Posting Komentar